Proptune.com- Pengamat Properti Stellar Property, M. Gali Ade Nofrans memprediksi sektor properti di 2025 akan tetap stabil. Hal ini dilihat dari pertumbuhannya pada beberapa tahun ke belakang yang bertahan di rate 1,5% sampai 2%.
Namun, sektor properti di 2025 memiliki peluang untuk bertumbuh di atas 2% mengingat saat ini sudah ada kementerian khusus yang berfokus pada perumahan rakyat yakni Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP). Selain itu, adanya regulasi baru dan sederet insentif dari pemerintah juga dapat mendorong peningkatan penjualan properti di Indonesia.
"Jadi kalau bicara di tahun 2025 dengan adanya pemerintahan baru, ada kementerian baru, dan juga regulasi yang baru, optimisnya memang kita pengen ada adaptasi yang cepat gitu, dari pemerintah, market, dan juga dari pelaku industri," kata pria yang disapa Nofrans dalam acara Banking & Property Outlook 2025: Era Baru Kebangkitan Industri Properti di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Kemudian, adanya Program 3 Juta Rumah, bisa menjadi target pembangunan masif untuk mengatasi backlog perumahan ke depannya. Selain peningkatan jumlah hunian, diharapkan juga konstruksi yang digunakan pada setiap hunian sudah modern dan memiliki kualitas yang baik.
Adanya insentif pajak seperti pembebasan PPN dan BPHTB, ia nilai sebagai langkah yang bagus untuk meringankan masyarakat untuk membeli rumah.
"Segmen pembeli rumah sangat diuntungkan apabila wacana ini (pembebasan PPN) terjadi karena bebas dari PPN yang naik menjadi 12% pada 2025," ucapnya.
Menurutnya tahun depan hunian di perkotaan besar, terutama di Jabodetabek akan lebih banyak pembangunan berbentuk hunian vertikal terutama yang dekat dengan transportasi massal atau biasa disebut dengan TOD (Transit Oriented Development). Di dalam hunian ini juga bukan hanya hunian, melainkan ada area komersial terutama yang menjual kebutuhan sehari-hari sehingga penghuni tidak perlu keluar gedung untuk berbelanja.
Dari segi pemasaran, transaksi, dan manajemen properti pada tahun depan diproyeksi akan lebih banyak menggunakan sistem digital.
Di balik itu, ia juga mengingatkan beberapa tantangan yang mungkin dihadapi oleh sektor properti. Seperti kendala pada kesiapan tanah, material pendukung pembangunan, birokrasi perizinan, birokrasi pengesahan regulasi di antara pemerintah terkait, hingga masalah daya beli masyarakat yang menjadi faktor penting terhadap penjualan sektor properti.